Crop circle, salah satu misteri terbesar dalam sejarah sains. Setelah berlangsung hampir 400 tahun, apakah kita semakin dekat dengan jawaban dari misteri ini?
Jika kita membaca berita di media mengenai crop circle, kita masih akan menemukan ketidakjelasan. Ini menunjukkan kalau media sendiri diliputi keraguan akan sifat dari fenomena ini. Ketika Bower dan Chorley mengklaim telah membuat ratusan crop circle selama 25 tahun, media menayangkan berita tersebut dengan gegap gempita dengan headline yang menyebutkan kalau misteri ini telah terpecahkan, padahal ada ribuan crop circle lain yang tidak dibuat oleh kedua orang tersebut.
Saya sendiri masih menganggap misteri ini belum terpecahkan dan sangat heran jika media berpura-pura sebaliknya, seperti artikel BBC yang memuat berita bahwa crop circle dibuat oleh Wallabie, hewan sejenis kanguru. Apakah wallabie membuat lingkaran dalam pola fraktal dan geometri?
Karena itu, menarik melihat pendapat seorang ilmuwan yang lebih objektif, dalam hal ini ahli fisika Richard Taylor, direktur dari material science institute, University of Oregon. Ia menulis pandangannya pada tulisan yang dimuat diphysicsworld.com bulan Agustus 2011 (kalian perlu registrasi terlebih dahulu untuk membacanya). Tulisan Richard Taylor ini kemudian dimuat di berbagai media dan dianggap sebagai sebuah pendekatan yang paling memungkinkan dalam mencari jawaban atas misteri crop circle dimana ia mengemukakan kemungkinan penggunaaan peralatan seperti magnetron.
Karena kehebohan tulisan ini, saya akan menerjemahkan tulisannya dari physicsworld dan membiarkan kalian membacanya sendiri. Tulisan yang panjang ini akan sangat membosankan bagi sebagian orang, namun bagi yang lain, bermanfaat untuk merefresh pengetahuan kita mengenai salah satu misteri terbesar abad ini.
Berikut adalah tulisan Prof.Richard Taylor:
Suatu malam di bulan Juli 1996, saya sedang berada di lantai atas sebuah pub di kota kecil dekat Avebury di Wiltshire, sambil menikmati liburan akhir pekan di sekitar situs prehistoris di selatan Inggris. Pada tengah malam, saya terbangun oleh suara-suara yang berasal dari tiga pria yang sedang berbincang-bincang di tempat parkir mobil di bawah. Mereka sedang memegang dan mendiskusikan selembar kertas besar.
Setelah 15 menit diskusi yang misterius, mereka naik mobil melewati jalan kecil pedesaan. Pada malam itu, 194 crop circle yang memenuhi area hingga 115 meter muncul di ladang terdekat di Windmill Hill. Polanya merupakan sebuah persamaan yang dikembangkan oleh Gaston Julia pada tahun 1918 yang terdiri dari lingkaran-lingkaran yang membentuk tiga fraktal yang berjalin-jalin.
Pola "Triple Julia" ini memiliki merupakan sebuah pola yang kompleks dalam matematika. Bahkan pada akhir tahun 1980an, komputer yang terbaik pun tidak memiliki kemampuan untuk menampilkannya di layar monitor. Apakah tiga orang itu yang telah mencetak pola tersebut ke sebuah ladang gandum hanya dalam tempo beberapa jam di malam hari? Jika iya, bagaimana mereka melakukannya?
Setelah 15 tahun berlalu, para ilmuwan masih belum memecahkan misterinya. Bahkan setelah kemunculan lebih dari 10.000 pola yang terdokumentasi selama bertahun-tahun, formasi Crop Circle masih tetap merupakan misteri sains yang besar.
Para fisikawan yang telah melakukan penelitian serius mengenai teknik yang digunakan oleh seniman crop circle telah mendapatkan berbagai hal yang luar biasa, termasuk beberapa hal yang membawa kepada aplikasi praktis seperti teknik untuk mengakselerasi pertumbuhan gandum. Dengan adanya pengumuman kalau perubahan iklim telah menekan pertumbuhan gandum hingga 3%, perkembangan ini menawarkan sebuah potensi besar bagi masyarakat.
Namun bagaimanapun juga, tetap saja penelitian crop circle tidak ditujukan untuk mereka yang lemah hatinya karena para fisikawan yang terjun ke dunia ini harus berhadapan dengan manipulasi media, email-email yang penuh cemooh, penganut teori konspirasi, teori mengenai koloborasi dengan alien dan omong kosong New Age, belum lagi risiko akan dipandang sebagai "ilmuwan yang kurang serius" oleh para kolega mereka.
Spekulasi mengenai asal muasal crop circle telah berkembang sejak mereka pertama kali dilaporkan di Inggris tahun 1600an. Mulai dari landak yang berguling-guling, ternak yang buang air kecil, pasangan yang menari gembira hingga tindakan dari "mowing Devil". Pada tahun 1678, sebuah seri lingkaran yang muncul di Hartfordshire dianggap sebagai perbuatan iblis karena teknik pembuatannya sepertinya melampau kemampuan manusia. Menurut sebuah laporan dari News Out of Hartfordshire pada tahun 1678, "Iblis menaruh setiap jerami dengan akurasi tinggi dalam satu malam yang jika dilakukan oleh manusia akan makan waktu berabad-abad”.
Laporan tersebut juga menampilkan sebuah cetakan ukiran kayu yang mengindikasikan kalau batang-batang gandum di dalam lingkaran tersebut rata, tidak patah - sebuah karakteristik crop circle yang terus berlanjut hingga sekarang.
Penjelasan sains pertama mengenai crop circle berfokus pada angin siklon. Pada tahun 1686, ilmuwan Inggris, Robert Plot, mendiskusikan formasi crop circle dalam hubungannya dengan aliran udara dari langit. Mirip dengan hal itu, pengamatan terhadap langit malam yang dilakukan oleh ilmuwan lain, John Capron, pada tahun 1880 menunjukkan adanya "auroral beam" yang disebabkan oleh angin di atas "titik lingkaran" dari sebuah formasi ladang gandum yang miring rata dengan tanah (Nature 22 290).
Ketika fenomena ini mendapatkan momentumnya, muncul formasi dengan pola baru, yaitu pola dengan banyak lingkaran. Kebanyakan pengamat menyimpulkan kalau formasi-formasi ini mengandung simbol-simbol matematika yang sangat akurat sehingga pastilah merupakan pekerjaan dari makhluk yang sangat cerdas. Sementara abad 20 berlalu, kesimpulan ini telah memicu sebuah perdebatan hangat mengenai alien versus manusia dimana UFOlog melihat ke angkasa luar untuk menemukan pencipta crop circle sementara "cereologist" (mereka yang meneliti crop circle) berkonsentrasi untuk menemukan para hoaxer.
Perdebatan ini dibuat rumit oleh fakta bahwa para pencipta (siapapun mereka) formasi ini jelas merupakan seorang ahli sains. Contohnya adalah satu formasi yang muncul di dekat Chibolton Observatory di Hampshire yang sepertinya merupakan jawaban atas sinyal "Search for Extraterestrial Intelligence" yang dipancarkan ke angkasa 30 tahun sebelumnya.
Sementara perdebatan terus berlangsung, beberapa ilmuwan terus mencoba untuk mencari penjelasan alamiah alternatif. Salah satu yang paling berpengaruh adalah Terence Meaden, seorang meteorolog dan fisikawan di Dalhousie University, Kanada. Pada tahun 1980 ia meneguhkan teori Capron dengan mengajukan teori bahwa karakter geografis selatan Inggris yang miring telah mempengaruhi aliran udara lokal yang kemudian menyebabkan sebuah angin puyuh menstabilkan diri cukup lama untuk membuat sebuah lingkaran di ladang gandum.
Penjelasan Meaden yang ilmiah itu kemudian mendapatkan pukulan berat pada tahun 1991 ketika dua pria berusia 60an tahun menyatakan kalau mereka telah membuat crop circle selama lebih dari 25 tahun. Pernyataan ini disambut dengan gembira oleh media-media Inggris. Hobi mereka dimulai pada suatu malam pertengahan tahun 1970an ketika seniman Douglas Bower menceritakan sebuah kisah kepada temannya, David Chorley, mengenai seorang petani Australia yang melaporkan melihat sebuah UFO terbang ke langit dan meninggalkan jejak lingkaran "saucer nest". Ketika Bower dan Chorley meninggalkan pub untuk pulang ke rumah, mereka melewati pinggiran desa dan kemudian menciptakan formasi pertama mereka.
Dalam proses keisengan tersebut, kedua orang tersebut tanpa sengaja telah memicu duel 15 tahun antara seni dan fisika. Bower dan Chorley sebenarnya mencoba untuk memulai Hoax UFO. Namun ketika teori Meaden mengenai crop circle mulai mendapat perhatian, mereka meningkatkan jumlah crop circle, berharap untuk menunjukkan kalau formasi-formasi tersebut tidak berhubungan dengan cuaca.
Meaden, di sisi lain, terbukti sebagai lawan yang kreatif. Sementara Bower dan Chorley mengungkapkan keisengan mereka kepada dunia, Meaden telah berpindah teori dari sekedar pola akibat cuaca ke electromagneto-hydrodinamic Plasma Vortex yang menjelaskan bukan hanya pola-pola multi lingkaran yang kompleks, namun juga fenomena batere traktor yang mati dancahaya-cahaya aneh yang muncul saat terbentuknya crop circle.
Hari ini, jika melihat ke belakang, penjelasan seperti itu terdengar seperti dibuat-buat. Namun pada puncak perdebatan, bahkan Stephen Hawking siap untuk menerima sebagian dari teori Meaden. Ketika gelombang crop circle muncul di pinggir kota dekat rumahnya di Cambridge di tahun 1991, Hawking mengatakan kepada koran lokal bahwa "crop circle pastilah merupakan hoax atau dibentuk oleh pergerakan vortex di udara".
Merasa frustasi, Bower dan Chorley kemudian membalas teori tersebut dengan sebuah pola yang di dalamnya terdapat dua lingkaran dan lima segi empat.
Pada titik ini, bahkan Meaden mengakui kalau desain ini, yang dijuluki Pictograph oleh peneliti, merupakan hasil karya manusia. Walaupun ia tetap berargumen kalau sebuah pola yang sederhana bisa disebabkan oleh fenomena cuaca. Lagipula, setelah Bower dan Chorley mengaku membuat sekitar 250 formasi, masih ada sekitar 1.000 formasi yang belum diketahui asal-usulnya. Namun, adanya tambahan segi empat dalam formasi crop circle bukan hanya membantah teori sebab alamiah pada crop circle. Ia juga menyebabkan titik balik pada 400 tahun sejarah crop circle.
Menciptakan Pola Matematika
Setelah Bower dan Chorley mengumumkan perbuatan mereka, pictograph yang mereka ciptakan telah menginspirasi seniman crop circle gelombang kedua. Bukannya mereda, crop circle malah berevolusi menjadi sebuah fenomena internasional dengan ratusan pola-pola pictograph rumit yang muncul setiap tahun di seluruh dunia. Walaupun setengah crop circle yang muncul berada di Inggris, formasi-formasi ini juga muncul di Eropa, Amerika, Rusia, Australia, Jepang dan India.
Menariknya, para seniman yang mengaku telah membuat crop circle di masa lampau tidak mengetahui siapa yang bertanggungjawab atas karya-karya luar biasa yang muncul belakangan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya seniman crop circle yang mengikuti kelaziman yang dimulai oleh para pendahulu mereka: menciptakan pictographnya secara anonymous pada malam hari dan meninggalkan lokasi tanpa adanya jejak yang tertinggal.
Walaupun para seniman itu juga seorang tradisionalis dalam kaitannya dengan hal ini, karya mereka lebih berkembang secara signifikan. Sebabnya, seniman masa kini memiliki akses ke komputer, peralatan GPS dan laser untuk membantu mereka untuk memetakan polanya, dimana Bower harus menciptakan garis-garis lurus dengan pandangan mata yang dibantu oleh kabel yang dikaitkan ke topinya.
Para ilmuwan yang tertarik dengan matematika crop circle dan bagaimana mereka direncanakan memiliki dua opsi: Mereka dapat mengintai mobil-mobil yang diparkir di pub pedesaan pada larut malam dengan harapan menangkap basah sang seniman yang sedang bekerja, atau mereka dapat menerapkan teknik analisis pola terhadap karya-karya tersebut. Sejarah menunjukkan kalau metode pengintaian terbukti lebih berisiko.
Usaha untuk menangkap teknik pemetaan dalam sebuah film telah memicu permainan tikus dan kucing antara seniman dan peneliti dimana kerahasiaan sang seniman biasanya berhasil mempermalukan para peneliti.
Pada tahun 1990 misalnya, seorang peneliti crop circle ternama yang juga seorang insinyur, Colin Andrews, mengkordinasikan sebuah operasi bernama Blackbird dimana wilayah dekat Westbury, Wiltshire, dipasangi kamera pengintai oleh BBC dan dipantau oleh petugas dari departemen pertahanan. Walaupun sudah menyiapkan rencana dengan matang, saat matahari terbit keesokan paginya, sang seniman terbukti berhasil merayap di kegelapan malam, melakukan pekerjaannya dan pergi tanpa terpantau. Pada tahun 1996, para peneliti yang terlalu antusias pun dipermalukan ketika sebuah video klip hoax yang disebut Oliver Castle Crop Circle muncul ke publik.
Jadi tidak mengherankan jika kebanyakan peneliti akan melupakan pengintaian dan mulai menganalisa pola-pola yang ditinggalkan oleh para seniman yang cerdik tersebut. Penelitian semacam ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1996 di Science News oleh Gerard Hawkins (yang saat itu merupakan astronom di Boston University). Ia memeriksa banyak crop circle yang muncul antara tahun 1978-1988. 25 diantaranya memiliki hanya satu lingkaran, banyak lingkaran dan lingkaran dengan cincin konsentris. Bahkan walaupun memiliki pola primitif seperti itu, Hawkin menemukan sebuah bahasa artistik yang tersembunyi.
Ia menemukan kalau semua formasi tersebut dibuat dengan menggunakan garis konstruksi yang tersembunyi yang digunakan pada tahap desain, namun tidak muncul pada hasil akhir. Contohnya seperti yang ditunjukkan oleh garis biru pada gambar di bawah ini, sedangkan pola kuning menunjukkan hasil akhir.
Kemudian Hawkin menggunakan garis konstruksi ini untuk mendemonstrasikan bahwa crop circle lebih dari sekedar pola-pola yang berada pada posisi yang random. Garis konstruksi tersebut ternyata memiliki ukuran dan posisi relatif yang membentuk sebuah karakter yang sangat eksotik. Misalnya, rasio dari berbagai diameter dan area diantara desain tersebut ternyata memiliki kemiripan dengan “diatonic ratios” tuts putih pada sebuah piano. Rasio-rasio ini merupakan frekuensi rasio dari not “Middle D” ke C. Contohnya 297/264 Hz = 9/8.
Gagasan bahwa formasi crop circle memiliki harmoni geometri yang fundamental yang sesuai dengan chord musik akhirnya menginspirasi beberapa musisi untuk menggunakan algoritma komputer untuk mengubah formasi tersebut menjadi melodi. Dan “penerjemah” yang paling ternama adalah Paul Vigay. Contoh musiknya bisa didengar di http://bit.ly/lbUJQq.
Jadi, desain crop circle saat ini semakin kompleks, meliputi lebih dari 2.000 bentuk individual yang disusun menggunakan garis-garis konstruksi yang tidak terlihat oleh pengamat biasa. Peningkatan kemampuan komputer juga berarti kalau persamaan matematis yang sama dan berulang-ulang sekarang dipakai untuk menghasilkan bentuk fraktal seperti Desain Triple Julia yang muncul kembali di Swiss tahun 2010 lalu. Bentuk fraktal lain yang juga ternama adalah Mandelbrot set, Julia Set dan Koch Snowflake yang muncul secara teratur sejak tahun 1991.
Koch Snowflake
Mandelbrot
Membuat Crop Circle
Bahkan tahap awal konstruksi crop circle merupakan sebuah pekerjaan yang sulit. Kemunculan formasi triple Julia yang pertama pada Juli 1995 didahului oleh Single Julia beberapa minggu sebelumnya.
Single Julia
Untuk mengukur desain “pemanasan” ini, sebuah tim yang terdiri dari 11 orang membutuhkan waktu selama 5 jam dan sebuah perusahaan penilai memperkirakan paling sedikit akan dibutuhkan waktu selama 5 hari untuk memetakan setiap bagian dari pola tiga lingkaran yang berjalin. Tetapi setelah pemetaan itu selesai, seniman-seniman crop circle masih harus menghadapi persoalan yang rumit: Jika membuat pola-pola tersebut di atas kertas saja sudah merupakan sebuah pekerjaan yang sulit, bagaimana caranya mencetak pola-pola tersebut di sebuah ladang?
Para pembuat crop circle tradisional menggunakan “stompers” (Bilah papan yang dikaitkan dengan dua tali), benang dan penggiling kebun plus bangku untuk membantu seniman tidak merusak gandum. Walaupun penampilannya yang kuno, stompers terbukti alat yang sangat efektif untuk meratakan gandum jika digunakan oleh tangan yang berpengalaman. Namun, desain yang modern telah berevolusi melampaui kebutuhan tradisional. Pola-polanya sekarang dibentuk sehingga menghasilkan tekstur geometri yang rumit. Contohnya batang gandum di dalam setiap lingkaran pola Triple Julia ternyata membentuk spiral. Lapisan-lapisan dari batang gandum yang merunduk ternyata juga dapat dijalin, menciptakan tekstur berbayang yang dapat berubah jika terkena sinar matahari karena respon phototopic batang gandum.
Dengan demikian, untuk mencetak pictograph berukuran besar sebelum matahari terbit, seniman-seniman masa kini harus bekerja dalam sebuah tim yang terkoordinasi dengan baik. Salah satu tim yang ternama adalah Circlemakers, dan ketika mereka mengijinkan para kru BBC merekam kegiatan mereka membuat crop circle yang terdiri dari 100 lingkaran roulette di tahun 1998, tim tersebut dapat membuat satu lingkaran setiap menit. Salah seorang anggotanya, Will Russel meringkas motivasi mereka, yaitu untuk “Mendorong batasan dalam pikiran orang-orang mengenai kemampuan manusia.” Rekan Russel, Rod Dickinson menekankan kalau pada kecepatan ini, mereka bisa membuat pola Triple Julia dalam satu malam.
Walaupun adanya klaim seperti itu, ukuran Triple Julia yang besar dan akurat tentu saja akan jauh lebih menantang dibanding roulette milik circlemakers. Ada tanda-tanda lebih lanjut kalau pembuatan dengan metode tradisional telah mencapai batasan maksimalnya. Satu pictograph yang muncul tahun 2009 saja membutuhkan waktu 3 malam untuk menyelesaikannya. Polanya terlihat di gambar di bawah ini.
Jika para seniman ingin mempertahankan kerahasiaan gerakan ini, jelas mereka akan membutuhkan metode konstruksi yang lebih efisien.
Spekulasi Biofisika
Menariknya, beberapa eksperimen yang dilakukan oleh para ahli biofisika menemukan kemungkinan kalau para seniman crop circle mungkin memang telah mengubah metode mereka.
Studi-studi independen yang diterbitkan tahun 1999 dan 2011 menunjukkan bukti adanya ekspose radiasi terhadap gandum. Pola-pola yang dipelajari adalah pola-pola yang muncul pada pertengahan tahun 1990an dan termasuk di dalamnya Triple Julia. Gambar di bawah ini menunjukkan hasil penelitian terhadap “Pulvini”, sambungan elastis yang muncul di batang gandum.
Eltjo Haselhoff, seorang ahli fisika dan medis, menemukan kalau Pulvini pada batang gandum melengkung. Ini berbeda dengan kondisi batang gandum normal di luar crop circle.
Walaupun beberapa faktor memang dapat menyebabkan Pulvini melengkung, seperti Gravitropism (Arah rundukan batang gandum karena gravitasi) dan Lodging (Rundukan batang gandum karena angin dan hujan), Haselhoff menolak keduanya sebagai penyebab karena rundukan yang simetris dari tengah lingkaran ke tepinya.
Penemuan Haselhoff ini meneguhkan hasil penelitian William levengood, seorang ahli biofisika dari perusahaan konsultan pertanian, Pinelandia Biophysics Laboratory di Michigan. Levengood juga menemukan hasil yang serupa pada 95% dari 250 formasi crop circle di tujuh negara. Ia mengajukan teori kalau Pulvini yang melengkung itu diakibatkan oleh panas dari radiasi elektromagnet. Radiasi semacam itu dapat menyebabkan batang gandum jatuh dan mendingin di posisi sejajar dengan tanah. Ia juga menemukan bukti lain yang mendukung teori panas ini, yaitu perubahan pada struktur selular gandum dan banyaknya lalat mati yang terjepit di benih gandum.
Levengood dan Haselhoff kemudian menindaklanjuti pekerjaan mereka dengan memindahkan benih gandum dari ladang dan menempatkannya di ruangan khusus yang memiliki tata cahaya, kelembaban dan temperatur yang dijaga. Mereka menemukan kalau benih yang diambil dari luar crop circle bertumbuh pada level normal, sedangkan benih dari dalam crop circle bertumbuh empat kali lebih lambat. Walaupun hasil penelitian keduanya dipublikasikan di Physiologia Plantarum, sebuah jurnal peer review yang didedikasikan untuk sains pertumbuhan tanaman, penemuan mereka gagal memulai perdebatan mengenai crop circle.
Spekulasi keduanya juga tidak membantu sama sekali. Levengood menafsirkan hasil penelitiannya sebagai bukti teori plasma Vortex Meaden. Sedangkan Haselhoff mengajukan spekulasi bahwa sumber radiasi tersebut adalah bola-bola cahaya misterius yang sering terlihat melayang di atas crop circle. Melihat situasi tersebut, para peneliti ragu untuk mengeksplorasi lebih lanjut penemuan kontroversial itu dan penelitian Levengood dan Haselhoff tidak pernah diteguhkan ataupun ditolak oleh studi-studi berikutnya.
Sebagai konsekuensi, penelitian mereka akhirnya hanya terus memicu perdebatan lama mengenai hoaxer manusia, efek atmosfer dan tentu saja seniman ekstra terestrial.
Juni lalu, saya memasuki perdebatan tersebut dengan menulis di Nature bahwa seniman ekstra terestrial tidak akan perlu membengkokkan hukum apapun, namun mereka akan membutuhkan kemampuan matematika untuk merancang desain masa kini dan kesadaran saintifik untuk mengeksploitasi kemajuan teknologi. Tulisan saya ini akhirnya malah mendatangkan email-email bernada kebencian dari para UFOlog dan lainnya yang menuduh saya menyebarkan informasi yang salah sebagai bagian dari operasi konspirasi.
Lalu saya masuk ke website konspirasi untuk melihat siapa yang menjadi partner konspirasi saya dan menemukan kalau kambing hitamnya adalah pemerintah Inggris, Jerman dan US Secret Service.
Walaupun alien dan konspirasi pemerintah tidak dapat diabaikan dengan kepastian 100%, Occam’s Razor (yang menyatakan kalau penjelasan yang melibatkan asumsi paling sedikit adalah yang paling mungkin benar) mendukung skenario seniman manusia. Mungkinkah beberapa seniman telah menerapkan teknik fisika tersebut dengan gelombang micro?
Menariknya, sebuah kelompok peneliti crop circle bernama BLT Research mengklaim mampu mereplika perubahan yang terjadi pada Pulvini dengan cara mengeksposenya dengan gelombang mikro yang dihasilkan dari magnetron yang diambil dari oven microwave. Magnetron masa kini sangat kecil dan ringan dan hanya membutuhkan 12 volt batere.
Haselhoff dan Levengood menggunakan prinsip Beer-Lambert yang menghubungkan antara penyerapan radiasi dengan fitur materi untuk membuat model lengkungan Pulvini. Untuk sebuah crop circle berukuran 9 meter, Model Haselhoff mengindikasikan kalau sumber radiasi harus diletakkan 4 meter diatas titik tengah lingkaran. Setelah dipanaskan dengan sumber ini, batang gandum akan dengan mudah diarahkan sesuai dengan keinginan sehingga mempercepat waktu pembuatan crop circle.
Walaupun hipotesis menarik ini sesuai dengan fakta yang ada, para ahli biofisika kelihatannya masih perlu untuk memperluas eksperimen awal ini jika ingin argumennya diterima.
Masih mencari solusi
Menentukan teknologi di balik pembuatan crop circle jelas memiliki implikasi yang melampaui sekedar rasa ingin tahu atau apresiasi seni.
Jejak-jejak beberapa pola (formasi hantu) masih dapat terlihat pada ladang-ladang di masa sekarang. Ini sesuai dengan pengamatan Levengood kalau crop circle memiliki dampak terhadap pertumbuhan gandum. Crop circle akan dipanen setiap tahun dan gandum-gandum yang rusak ini akan memasuki rantai makanan manusia. Menariknya, penelitian Levengood menunjukkan kalau pertumbuhan gandum yang terhambat datang dari crop circle yang muncul lebih awal pada tanaman yang belum berkembang. Namun, ia juga melaporkan jika benih dibuang dari crop circle yang muncul di tanaman dewasa, maka tingkat pertumbuhan malah naik 5 kali lipat. Hal ini membuat Levengood mengembangkan sebuah teknologi Molecular Impulse Response yang dapat mengakselerasi pertumbuhan gandum dengan memberikannya pancaran molekular.
Seniman Crop circle tidak akan membuka rahasianya dengan mudah. Para peneliti yang mempelajari pictograph modern harus segera terbang ke udara untuk memotret pola terbaru sebelum hilang ditangan para pemanen. Musim panas ini, seniman tidak dikenal akan berkeliling di pinggiran desa dekat rumah anda sambil membawa perlengkapan mereka, aman karena mengetahui bahwa mereka sedang melanjutkan warisan sebuah pergerakan seni yang paling berorientasi sains di dalam sejarah. Dapatkah kalian menyingkapkan rahasia kesuksesan mereka?
Sumber:http://xfile-enigma.blogspot.com